Selasa, 30 Juni 2009

Pengumuman Nilai Praktikum A05

Buat anak A05 makasih ya...
ni nilainya....
jangan lupain kita ya....
K' Mila yang paling baek...
K' Candra agak baek....
K' Rosyid jahat.....

kasih koment ya.... di bawah pengumuman ini.....
N0. NIM UP NA Praktikum UP Prak Akhir
1 A14080051 81 87 8,1 17,4 25,5
2 A24080006 77 88,5 7,7 17,7 25,4
3 A24080007 88 89 8,8 17,8 26,6
4 A24080015 83 88,8 8,3 17,76 26,06
5 A44080040 81 88 8,1 17,6 25,7
6 B04080016 82 88 8,2 17,6 25,8
7 B04080040 78 88,2 7,8 17,64 25,44
8 B04080081 76 86,6 7,6 17,32 24,92
9 B04080098 85 87 8,5 17,4 25,9
10 B04080119 76 87,5 7,6 17,5 25,1
11 B04080138 76 88,4 7,6 17,68 25,28
12 B04080139 76 87 7,6 17,4 25
13 C44080019 80 88 8 17,6 25,6
14 C54080003 76 87,4 7,6 17,48 25,08
15 C54080007 83 88 8,3 17,6 25,9
16 D04080069 79 87,5 7,9 17,5 25,4
17 D04080076 76 86 7,6 17,2 24,8
18 D04080233 76 86,7 7,6 17,34 24,94
19 E14080069 76 86,9 7,6 17,38 24,98
20 E14080071 77 87,4 7,7 17,48 25,18
21 E24080043 76 87,7 7,6 17,54 25,14
22 E44080037 93 88,6 9,3 17,72 27,02
23 F14080067 84 87,8 8,4 17,56 25,96
24 F14080083 84 88,5 8,4 17,7 26,1
25 F24080034 84 87,6 8,4 17,52 25,92
26 F24080048 89 87 8,9 17,4 26,3
27 F34080016 75 88,5 7,5 17,7 25,2
28 F34080034 93 88,8 9,3 17,76 27,06
29 F34080066 83 87,3 8,3 17,46 25,76
30 F34080075 98 88,6 9,8 17,72 27,52
31 G14080030 79 88,4 7,9 17,68 25,58
32 G24080015 81 87 8,1 17,4 25,5
33 G34080010 86 87,8 8,6 17,56 26,16
34 G34080028 83 87 8,3 17,4 25,7
35 G44080007 84 87,6 8,4 17,52 25,92
36 G44080020 97 88,8 9,7 17,76 27,46
37 G54080018 81 88,5 8,1 17,7 25,8
38 G54080024 84 87,8 8,4 17,56 25,96
39 G64080009 85 87,7 8,5 17,54 26,04
40 G64080047 93 88 9,3 17,6 26,9
41 G64080071 77 87,3 7,7 17,46 25,16
42 G74080032 78 87,7 7,8 17,54 25,34
43 G74080057 76 87,4 7,6 17,48 25,08
44 G84080028 84 88,7 8,4 17,74 26,14
45 H14080053 76 87,7 7,6 17,54 25,14
46 H14080072 90 89 9 17,8 26,8
47 H14080101 86 87,7 8,6 17,54 26,14
48 H24080006 86 88,4 8,6 17,68 26,28
49 H24080018 88 86,5 8,8 17,3 26,1
50 H24080046 79 87 7,9 17,4 25,3
51 H24080065 84 87 8,4 17,4 25,8
52 H34080095 88 89 8,8 17,8 26,6
53 I14080084 82 88,75 8,2 17,75 25,95

AIRMATA RASULULLAH SAW

Tiba-tiba dari luar pas pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.

Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.

Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...

Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.

Sumber ]

To members of Muslim Community

Merantau To members of Muslim Community

Seorang anak meminta izin kepada ibunya untuk merantau. Kemiskinan telah membuat sang anak ingin mengadu nasib di kota lain. Jika bertahan di kotanya ia hanya akan menjadi seorang buruh sedang dia adalah lelaki satu-satunya di keluarganya. Ayahnya telah meninggal dan dua adik perempuannya masih kecil. Maka sang ibu pun dengan berat hati mengizinkannya.

"Pergilah, anakku. Restu dan doaku akan selalu menyertaimu. Ingatlah pesanku, jangan sampai kau melupakan Tuhanmu, niscaya Ia pun akan melupakanmu. Jangan berlaku curang ataupun dengki. Jujurlah, adillah dan tekunlah dalam bekerja. Dan jangan sampai kepergianmu membuatmu lupa siapa dirimu. Ingatlah selalu akan asal usulmu."

Sambil mencium tangan sang bunda, sang anak berkata,
"Insyaallah, ibu. Kau akan mendapati aku sebagai orang yang menepati janji. Tunggulah hingga aku pulang."

Maka sang ibu melepas kepergian putranya dengan berlinang air mata.

Bulan demi bulan berlalu, tahun demi tahun terlewati. Tak terasa sudah tujuh tahun sang putra merantau. Tak ada kabar tentangnya. Ia sedih, bertanya-tanya dalam hati apakah putranya telah melupakan janjinya.

Hingga suatu hari terdengar kehebohan dari kejauhan. Sang ibu dan dua putrinya terheran-heran, ada apa gerangan?
Tampak dari jauh unta-unta beriringan. Punggungnya tampak penuh dg barang. Sang ibu dan dua putrinya keluar dari rumah ingin tahu milik siapakah unta-unta itu. Hingga tampak kejauhan seorang pria duduk di atas unta yang terakhir. Semakin lama semakin mendekat. Barulah sang ibu sadar bahwa pria itu adalah anak lelakinya. Wajahnya pun tersenyum bahagia, air matanya bercucuran. Tak henti-hentinya mulutnya bersyukur pada Allah SWT. Saat sang anak tiba ia langsung mencium kaki sang bunda lalu memeluknya erat jg memeluk adik-adiknya.

Sang bunda bertanya, "Unta siapakah ini? Apakah mereka milikmu? Bagaimana kau bisa memperoleh unta sebanyak ini?"

Sang putra tersenyum dan berkata,
"Ini adalah unta-untamu, ibuku. Mereka semua adalah milikmu. Semua ini kuperoleh berkat restu dan doamu. Karena itu kuserahkan semuanya kepadamu. Maafkanlah aku yang tak pernah memberi kabar. Aku bekerja keras seperti pesanmu."

"Subhanallah...bukankah ini semua adalah hasil kerja kerasmu, nak."

"Iya, tapi ini tak sebanding dengan semua yang aku dapatkan darimu. Kudapatkan semua ini karena restu dan doa darimu, ibu. Selama merantau aku tetap memegang teguh pesanmu. Karena itulah aku berhasil. Sesungguhnya ridhamu adalah ridha Allah. Bukanlah aku yang membuatmu bangga karena memiliki anak seperti diriku. Tapi akulah yang bangga karena memiliki ibu seperti engkau, ibu."

Tak ada kata-kata lagi dari sang ibu, hanya air mata yang berlinang. Keduanya saling berpelukan, saling mensyukuri apa yang telah mereka peroleh dalam hidup mereka.

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa; Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang sholeh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan padaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri."
QS.Al Ahqaaf:15